Monday, August 21, 2006

Enam Puluh Dinar

Enam puluh dinar? Mataku menatap tak percaya pada rangkaian bunga anggrek cantik berwarna pink keunguan dan kuning yang ditata dalam gelas besar yang diisi gel berwarna ungu. Enam puluh dinar dikalikan kurs rupiah sekarang yang tigapuluh ribu lebih.....Nyaris dua juta rupiah. Jumlah yang tak sedikit untuk mereka yang miskin.

Betapa mudahnya membuang uang di negeri petro dinar ini, enam puluh dinar hanya untuk rangkaian bunga anggrek yang mungkin akan layu dalam beberapa hari. Alangkah sayangnya. Dan bisa dipastikan, tidak hanya seorang saja yang begitu. Bisa dikatakan kebanyakan mereka suka membuang uang begitu saja tanpa ada maknanya sama sekali.

Enam puluh dinar berarti tiga kali gaji porter di seluruh Kuwait, dan mungkin mereka akan menangis tatkala enam puluh dinar yang tiga kali gaji mereka hanya berujud rangkaian bunga cantik itu. Padahal dua puluh dinar bagi mereka itu, harus mereka bagi juga untuk keluarganya di negeri mereka. Hiks. Alangkah berartinya jika enam puluh dinar itu diberikan pada mereka yang hidupnya pas-pasan.

Andai saja kuwaiti itu tahu kalau uang sebanyak itu adalah lebih dari gaji pegawai negeri di negaraku, mungkin mereka akan mikir? Sepertinya tidak, hidup mewah adalah didikan sejak mereka dalam kandungan. Semua harus serba ada, tidak boleh ada sedikitpun yang kurang. Mereka hanya dididik untuk mengeluh dan tidak pernah dididik untuk hidup susah.

Yah bagaimanapun Allah Maha Adil, kekayaan mereka tidaklah selalu mendatangkan kebahagiaan. Bagaimana akan bahagia kalau hidupnya tidak dekat dengan Pencipta mereka? Mudah-mudahan saja aku salah dalam menilai mereka.

Kok jadi melantur begini.......Tapi enam puluh dinar itu. Entah mengapa aku tak rela kalau hanya berujud rangkaian bunga yang sebentar lagi layu. Ah manusia, mengapa jadi perusak di muka bumi. Tidakkah lebih baik bunga itu diletakkan dalam pot dan dibiarkan hidup sampai waktu yang hanya Allah yang tahu?